Ocean's 8

Komedi/Kriminal.

If I Stay

Roman/Drama

MacGyver S6 Ep. 1

Tough Boys

The Losers

Actions

Slider

15 May 2020

Catatan Harian Physical Distancing H60 (14 Mei 2020)

Hari ke-60 atau boleh dikatakan 2 bulan. Meskipun sebenarnya tergantung dari bulan apa. Kalau Bulan Juli dan Agustus maka itu ada 62 hari... ah gak penting amat ya..

Tidak ada yang terlalu berbeda antara hari ini dengan hari yang lain. Hanya perlu dicatat bahwa siaran TVRI bisa berjalan dengan baik. Lumayan lah dari pada tidak ada pengajaran kepada anak-anak. Sehari sekitar 30 menit termasuk intro dan lain-lain. Bandingkan dengan sekolah biasa dulu dari jam 7:00 sampai dengan jam 13:00 :)

Juga ada tugas dari Bapak dan Ibu guru sekolah. Ini patut dicatat, karena tidak setiap hari beliau-beliau memberikan tugas kepada anak-anak mereka secara online. 

Satu hal yang membuat hari ini berbeda adalah secara tidak sengaja saya melihat petugas kurir yang mengantar barang pesanan dari salah satu Market Place terkenal di Indonesia yaitu S. Ini sengaja saya samarkan agar pembaca tidak tahu bahwa yang saya maksud adalah Shopee. Seiring dengan menurunnya berbagai kegiatan ekonomi, ternyata untuk jasa pembelian secara online meningkatn cukup drastis. Beberapa kali saya melihat (ketika belum ada wabah) mereka mengirim barang ke rumah, tetapi loadingnya yang ini memang terbilang luar biasa.
Kurir Market Place yang Kebanjiran Order

yah..Memang dibalik krisis pasti ada peluang. Patut disyukuri

Siang sampai sore tidak ada hal yang berbeda dari biasanya. Meskipun sebenarnya ini tanggal 14 Mei 2020 ada undangan doa, bahkan puasa untuk memerangi Wabah, tapi kami sekeluarga tidak ikut serta. Tapi untuk doa rosario jam 20:00 WIB tetap berjalan. 

Setelah selesai rosario, anak-anak secara suka rela masuk kamar dan tidur. Padahal biasanya masih main-main dulu. Jadi saya pun juga bisa tidur lebih gasik. Sebelumnya melihat film lawas King Kong (bukan yang baru) tapi tidak selesai. Mungkin dilanjutkan besok harinya.

Salam.


13 May 2020

Jalan-jalan Pagi Selama Wabah

Saya adalah tipe orang yang sangat jarang berolah raga. Apakah ini hal yang baik? Tentu saja tidak. Jauh lebih baik jika kita berolah raga. Tapi entah mengapa, rasanya malas sekali untuk berolah raga atau setidaknya menggerakkan badan untuk aktivitas yang mengarah ke olah raga.

Tapi untunglah, saya punya aktivitas Ternak-Teri (Anter Anak Anter Istri) yang cukup padat, sehingga setidaknya badan saya relatif bergerak. Untuk lebih jelasnya mungkin biar saya uraikan sedikit. Ketika menjemput Anak dari sekolah, setidaknya saya harus Mengantar dan juga menjemput. Jadi ada dua kali. Lalu karena Anak saya ada 2, dan jadwal sekolah berbeda, meskipun sekolahnya saja, maka ada tiga kali aktivitas saya :)

Lalu yang paling penting adalah, bahwa anak saya suka iseng. Jadi ketika melihat saya data menjemput, maka anak saya bukannya berlari ke arah saya, tetapi seringnya malah ngumpet!!! Jadi yah,, kadang saya harus mencari naik turun gedung sekolah, atau berjalan melintasi lapangan tengah yang ukurannya sekitar setengah lapangan bola. Lumayan...

Tapi aktivitas menjemput sekolah otomatis berakhir ketika adanya wabah. Aktivitas jalan saya pun menjadi berhenti dan setelah sekitar satu setengah bulan, rasanya agak pegel2 juga. Jadi akhirnya ada ide untuk jalan jalan di pagi hari. Subuh-subuh lah....Edyan, ini aktivitas yang tidak pernah saya lakukan semenjak berkeluarga. Tapi heran, ini mungkin Berkah Wabah Corona, aktivitas jalan pagi sekarang bisa saya lakukan bersama keluarga saya secara rutin dari Senin sd Jumat. Welllleh.....

Ini lumayan menggerakkan badan saya. Saya coba cek pakai aplikasi yang ada di hape saya dan meskipun masih kurang, tetapi lumayan dari pada tidak ada sama sekali.

Mudah-mudahan aktivitas ini bisa berjalan terus, tidak hanya selama wabah, dan juga bisa semakin aktif atau semakin jauh jalan kakinya.

Good....


12 May 2020

Suka Cita Physical Distancing

Ini sudah hampir dua bulan, saya melakukan Physical Distancing (d/h social distancing), atau menjaga jarak secara fisik dengan orang lain demi mencegah peningkatan wabah virus corona. Pertama kali melakukan physical distancing adalah tanggal 16 Maret 2020 yang lalu, tepatnya Hari Senin. Hari itu juga hari yang sama dengan pengumuman Gubernur Jawa Tengah Mas Ganjar yang berisi penghentian semua kegiatan belajar mengajar di seluruh Jawa Tengah dengan beberapa pengecualian yaitu bagi anak Kelas XII yang saat ini sedang menjalankan ujian kelulusan mereka.

Ini juga hari Senin, tanggal 11 Mei 2020 berarti kurang 5 hari lagi genap dua bulan penuh saya sekeluarga berada di rumah. Bukan lock down, hanya PSBB yang kurang lebih artinya juga relatif sama :)

Eh beda kok, PSBB lebih longgar aturannya dan bahkan saat ini di Semarang belum diberlakukan, tetapi saat ini ditulis, diberlakukan PKM yaitu Pembatasan Kegiatan Masyarakat. Istilah ini juga relatif baru, tetapi intinya adalah PSBB yang lebih longgar. Jadi jika PSBB adalah lock down yang lebih longgar, maka PKM adalah lock down yang lebih longgar kuadrat!!!
Begitula kira-kira.

Ada banyak hikmah dari adanya Wabah COVID-19 ini. Salah satunya, meskipun bukan yang terpenting, adalah saya jadi mulai nulis blog lagi....wkwkwkwkwk....

OK, mulai hari ini sepertinya akan ada postingan terus di blog yang jauh dari sederhana ini. Semuanya berkat adalah Covid-19...so...

Keep stay at home

03 December 2019

Selalu Ada Waktu untuk Rosari

Di pengkolan (suatu sudut jalan) di dekat rumah saya, terdapat sekitar belasan ojek offline dan online yang nongkrong. Satu yang menarik perhatian saya, adalah seorang tukang ojek yang masih relatif muda, tetapi sangat rajin sekali berdoa rosario. Itu sering saya dengar dari percakapan mereka (sering bercanda dengan suara keras) misalnya, ketika anak itu mau pulang temannya ada yang teriak "Rosari?"... lalu anak itu menjawab sambil teriak, "Jelas dunk". Atau kadang2 anak itu pergi sambil teriak, "Rosari dulu ah.." dan teman-temannya menjawab "Sip" atau seruan lain yang mendukung.

Karena penasaran, maka saya sengaja mencari waktu dan pura-pura order offline ke anak itu. Setelah basa-basi sejenak, sambil bonceng motornya, saya memulai percakapan.

S (Saya) : Mas Katholik ya?
O (Tukang Ojek) : Iya mas, kok tahu
S : Iya sering dengar mas kalau lagi ngobrol sama teman-temannya.

Lalu saya mulai sedikit serius
S : Saya kagum sama mas, masih muda tapi selalu ada waktu untuk Rosari.
O : Ah biasa aja mas, maklum anak muda...(sambil tersipu)

Dalam hati saya lebih kagum lagi akan kerendahan hati tukang ojek ini.
S : Saya juga ingin seperti mas.
O : Lho Mas nya belum beristri?
S : He he belum...(gantian saya yang tersipu)
O : Tapi sudah punya calon kan?
S : Ah belum juga Mas (kali ini saya agak tersudut)
O : Oh...nanti kalau Mas sudah punya pasangan pasti juga bisa seperti saya.

Saya berpikir mendalam, apa iya ya kalau sudah punya pasangan jadi rajin berdoa Rosario.
Akhirnya saya memberanikan diri untuk ikut bergabung kalau tukang ojek tersebut sedang meluangkan waktu untuk Rosari. Dia mau dan suatu saat saya dijemput untuk bergabung.

Saya membonceng, dan motornya diarahkan ke arah Gereja di dekat rumah saya.
S : Lho di Gereja Mas?
O : Gak lah mas, cuma gangnya sama

Lalu motor melewati Gereja, dan berhenti di sebuah rumah yang sederhana. Dia masuk mengetuk sebuah kamar dan keluarlah seorang gadis manis dari dalam kamar.
O : Ini mas kenalkan, Maria Rosari Juminem. Teman saya dari kampung. Doakan kami mau nikah tahun depan.
S : *&*%$&*%*$&%*$&%*$

16 April 2019

Sindrom Stockholm, Apakah itu?

Pernah mendengar istilah Sindrom Stockholm? Jika belum, berikut adalah kutipan dari wikipedia: (Silhakan Anda juga browse)


Sindrom Stockholm adalah respon psikologis dimana dalam kasus-kasus tertentu para sandera penculikan menunjukkan tanda-tanda kesetiaan kepada penyanderanya tanpa memperdulikan bahaya atau risiko yang telah dialami oleh sandera itu. Sindrom ini dinamai berdasarkan kejadian perampokan Sveriges 


Hm...agak aneh juga ya, disandera, tapi malah setia atau bahkan jatuh cinta. Wikipedia mencatat bahwa ada korban sandera yang jatuh cinta kepada penyandera lalu membatalkan pertunangannya.....so cuit....

Sebenarnya ada juga Sindrom Lima yang merupakan kebalikannya yaitu bahwa Penyandera lah yang jatuh cinta....ehem..ehem...

Tapi fokus dan sindrom Stockholm...dan ,,,,,sepertinya kok ada yang mirip....diculik, lalu menjadi calegnya pengikutnya...Mbuh lah.......

Memilih Partai Kecil - Suara Kita Menjadi Hilang? Sia-sia?

Satu hari lagi kita semua akan mengadakan pesta demokrasi yaitu Pemilu 2019. Dalam pemilu ini kita akan memilih, Presiden, Anggota DPD RI, Anggota DPR RI, DPRD I dan juga DPRD II. Jadi ada 5 kertas suara yang harus kita coblos (kecuali mungkin DKI hanya 4 saja).

Eh..bukan itu yang ingin saya sampaikan. Tapi begini, peraturan pemilu ini adalah bahwa Electoral Tresshold adalah sebesar 4%, artinya kurang lebih adalah bahwa jika ada suara total nasional partai yang di bawah 4%, maka partai tersebut tidak lolos ke senayan, jadi seluruh perolehan suaranya menjadi hangus, dan jatah kursi akan diberikan kepada partai yang mendapatkan suara total nasional di atas 4% dibagi secara proporsional. Makna praktisnya adalah bahwa jika, ini hanya jika, saya memilih suatu partai dan total suara di bahah 4% maka suara saya menjadi tidak terpakai karena caleg yang saya pilih juga akan gugur, meskipun di dapil saya caleg tersebut mendapatkan jatah kursi.

Nah, ini yang kadang disebut sebagai sia-sia, suara yang hilang, coro jowone, man-eman. 

Tapi logikanya juga bisa seperti ini, dari sekian caleg yang ada, ternyata pilihan saya jatuh kepada caleg yang kebetulan menggunakan kendaraan partai kecil atau bahkan partai baru.....Apakah saya harus memaksakan diri memilih caleg dari partai besar yang selama ini telah menjadi anggota dewan, dan mana....mana hasilnya..........dari dulu jadi anggota dewan..tapi tetap gini-gini juga.......

Saya tidak berkampanye untuk partai kecil, hanya saya membuka wacana saja, bahwa jika saya memilih orang yang itu-itu saja, dari partai yang itu-itu dan juga hasilnya seperti ini-ini saja.....ya..itu tampaknya seperti suara yang sia-sia juga.

Jadi saya mengajak untuk memilih caleg yang membawa harapan. Harapan baru. Tidak peduli caleg itu dari partai mana, yang penting ada harapan. Kalau nanti toh harapan kita sia-sia....tidak masalah. Kenapa? Lha kan juga sudah sering terjadi..... :)

Tetapi jika ternyata harapan kita terwujud......OMG...yang penting ada HARAPAN, HOPE dengan S besar..Kok S bukan H. Lha kan katanya simbol S pada Superman berarti Hope...harapan....

Nyaman milih partai besar, tapi jangan takut milih partai kecil.

Dan nanti, jika ternyata partai kecil itu akhirnya menjadi besar, dan akhirnya menjadi seperti itu-itu juga...tidak masalah...kita bisa dengan lantang berkata, Ternyata sama saja...... :)

05 April 2019

Benarkan Ramalan Joyoboyo tentang Noto Nagoro? (2)

Kurang lebih 5 tahun yang lalu, blog ini telah memuat artikel yang serupa judulnya dengan artikel ini. Oleh karena itu, judul artikel kali ini diberi tambahan (2). Yah kira-kira kayak serial lah gitu....

Artikel yang lama atau yang pertama, silahkan kalau mau ke TKP, memuat ramalan tentang hasil Pilpres 2014, dan kebetulan ramalan itu tepat 100%. (Lha mang ada ramalan pilpres tepat 50% ya...). Nah sekarang, di tanggal ini, blog ini akan membuat artikel lagi yang serupa dan munkin juga merupakan ramalan. Kita simak yukzzz...

Sumbernya masih sama, yaitu Joyoboyo yang sekilas telah kita tulis di artikel lama. Slogannya, yaitu Noto Nagoro juga akan kita gunakan lagi di sini, dan tentunya logika dan alurnya juga masih sama. So....begini.

Di artikel yang lalu, dari Noto Nagoro, kita simpulkan bahwa spasi (jeda di antara kata Noto dan Nagoro) adalah rangkaian Presiden yang menjabat tidak penuh,atau singkat. Yaitu Presiden Habibie, Gus Dur dan Megawati. Ketiga Presiden tersebut menjabat tidak sampai periode berakhir bahkan di bahwa 5 tahun. Nah...yang NO, TO dan juga NA telah menjabat lebih dari 5 tahun atau bahkan lebih dari 10 tahun. Dengan analogi tersebut, dikatakan bahwa Presiden yang masuk kriteria Noto Nagoro (bukan spasi) akan menjabat setidaknya 10 tahun di Republik ini.  :)

Jika Presiden hasil Pilpres 2019 ini harus ganti, maka tidak ada relevansinya dengan NOTO NAGORO. Dalam hal ini RO akan sangat sulit dikonotasikan dengan Presiden terpilih 2019 ini. Akan tetapi, jika tidak berganti Presiden, maka masih cocok dengan konsep NOTO NAGORO di blog ini.

Jadi...yach...kita lihat saja nanti.



Klik kategori film yang Anda cari