Rozat Sabich adalah seorang hakim yang dua puluh tahun lalu terlibat dalam suatu kematian seorang wanita yang juga selingkuhannya. Waktu itu Jaksa Tommy Molto tidak berhasil membuktikan bahwa Sabich bersalah dalam kematian wanita itu. Saat itu wanita dinyatakan meninggal akibat keracunan arsenik, di mana waktu itu, arsenik belum masuk dalam kriteria sebagai racun yang dianggap sebagai racun pembunuh. Sabich dinyatakan tidak bersalah dan rujuk kembali dengan istrinya Barbara Sabich.
Dua puluh tahun berlalu, Barbara Sabich ditemukan meninggal di tempat tidurnya. Suaminya yang menemukannya sangat tertekan, sehingga dia hanya duduk saja memandangi istrinya yang sudah meninggal selama hampir 24 jam. Anak laki-laki mereka, yang tidak bisa menghubungi kedua orang tuanya datang lalu mendapati ayahnya duduk di samping tempat tidur di mana ibunya berbaring dan dinyatakan sudah meninggal 24 jam yang lalu oleh dokter yang memeriksanya.
Tommy Molto didorong oleh anak buahnya untuk mengajukan tuntutan pembunuhan terhadap Rozat Sabich. Meskipun awalnya menolak, akhirnya Molto bersedia, tetapi mencari petunjuk yang kuat dulu sebelum mengajukan tuduhan karena trauma terhadap kegagalannya membuktikan kesalahan Sabich dua puluh tahun yang lalu. Mereka menemukan sejenis zat yang bisa membunuh, tetapi tidak dikategorikan sebagai racun pembunuh dalam tubuh Barbara. Ini seperti modus dua puluh tahun yang lalu.
Molto dan anak buahnya juga menemukan bahwa zat itu terdapat pada obat yang dikonsumsi oleh Barbara dan akan lebih memicu racunya ketika mengkonsumsi makanan-makanan tertentu. Mereka pun mendapatkan bukti bahwa Sabich telah membeli makanana-makanan tersebut satu hari sebelum kematian Barbara. Jadi seolah-olah memang telah direncanakan. Tetapi mereka berdua belum mendapatkan motiv pembunuhan tersebut.
Mereka berdua tidak tahu bahwa sebenarnya Sabich telah berselingkuh dengan Anna Vostick, seorang pegawai muda di kantor hakimnya. Perselingkuhan itu berjalan lama tanpa ada yang tahu, tetapi akhirnya Barbara mengetahui perselingkuhan tersebut. Mereka bertengkar keras, tetapi anak mereka tidak tahu tentang perselingkuhan dan pertengkaran tersebut. Bahkan setelah Sabich putus dengan Anna, anak mereka malah jatuh cinta kepada Anna, mantan selingkuhan ayahnya dan akhirnya resmi berpacaran.
Ketika ulang tahun ke 60 Sabich, mereka berempat merayakannya di rumah, dan paginya Barbara meninggal dan ditunggui oleh suaminya selama 24 jam karena stress. Molto akhirnya berhasil mendapatkan bukti bahwa ada rencana Sabich untuk berpisah dengan Barbara. Mereka mengajukan tuntutan kepada Sabich dan juga menyita berbagai perlengkapan di rumah, termasuk komputer Sabich.
Dalam sidang, Sabich bersedia bersaksi untuk dirinya sendiri. Dia bersaksi bahwa istrinya bunuh diri dengan zat tersebut. Penyidik menemukan bahwa ada jejak pencarian informasi tentan zat itu di komputer Sabich, tetapi Sabich menyatakan bahwa dirinya tidak pernah mencari informasi tentang hal itu dan mungkin istrinya yang mencari menggunakan komputernya.
Hipotesis dari Molto bahwa jika bunuh diri tentunya ada pesan yang ditinggalkannya, mungkin menggunakan komputer Sabich. Molto mengajukan penyelidikan ulang terhadap komputer yang disita. Di sini Sabich sangat khawatir bahwa Anna telah memasukkan pesan bunuh diri di komputernya untuk menyelematkannya. Tetapi jika itu terjadi maka akan ketahuan bahwa Anna adalah pelakunya, karena yang mempunyai akses terhadap komputer yang disita hanyalah dirinya sebagai hakim di daerah itu. Maka Sabich meminta sidang dihentikan dan minta Molto mengajukan tuntutan bahwa dia menghalangi proses hukum dengan vonis dua tahun.
Molto setuju, terutama didorong oleh anak buahnya sendiri untuk menyetujui usul Sabich tersebut. Sabich dihukum dua tahun karena tuntutan itu. Anaknya sangat heran kenapa Ayahnya, Sabich melakukan hal itu dengan persetujuan pengacaranya, Sandy Stern. Tapi ayahnya tidak memberikan jawaban yang jelas karena dia khawatir perselingkuhannya dengan Anna akan diketahui anaknya. Dia dan Anna sudah berjanji untuk tidak menceritakan perselingkuhan mereka kepada anaknya Sabich.
Setelah Sabich dipenjara, Molto curiga dengan adanya pesan di dalam komputer. Dia melacaknya ke wartawan senior yang mengamati kasus Sabich, yaitu Elaine Reese dan akhirnya mendapatkan pengakuan bahwa anak buahnya lah yang telah memasukkan pesan tersebut. Dia lalu memecat anak buahnya dan mengajukan pembebasan kepada Sabich dengan catatan Sabich mau menceritakan apa yang sebenarnya.
Sabich akhirnya bebas, meskipun dia tetap tidak mau menceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Dia sangat sayang kepada anaknya. Anaknya bertanya secara serius kepada ayahnya, tentang kematian ibunya dan apakah ayahnya berselingkuh dengan seseorang. Ayahnya menjawab bahwa dia tidak selingkuh. Dia juga menceritakan bahwa sebenarnya ibunya ingin membunuhnya dengan obat yang mengandung racun tersebut. Tetapi karena dia curiga, akhirnya ibunya meminum obat tersebut sendiri. Lebih baik mati daripada ketahuan ingin membunuh suaminya.
0 komentar:
Post a Comment